Jumat, 19 Juni 2020

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERPEN

1. Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif
yang menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara ringkas disertai dengan berbagai konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi.

2. Ciri-Ciri Cerpen

Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi cirri-ciri sebagai berikut;

a. dapat dibaca hanya dengan sekali duduk,

b. tidak lebih dari 10.000 kata dan minimal 1.000 kata,

c. beralur tunggal,

d. bertema tunggal,

e. penggambaran watak tokoh secara sederhana,

f. konflik yang terjadi tidak sampai mengubah nasib tokoh, (Robert Stanton, 2007 :

3. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

A. Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut;

a) Tema

Tema menjadi menjadi dasar pengembangan dalam seluruh cerita yang dibangun dan dapat dikatakan sebagai ide yang mendasari suatu cerita sehingga mempunyai peranan sebagai pangkal seorang pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang telah diciptakan. Tema sebuah cerita selalu berkaitan dengan makna dari kehidupan. 

b) Alur

Tahapan-tahapan alur pada dasarnya terbagi menjadi lima tahap;

a. Situation atau pelukisan keadaan, Pengarang mulai melukiskan keadaan, pengenalan situasi dan pengenalan para tokoh.

b. Generating circeurstances atau peristiwa mulai bergerak, Peristiwa mulai bergerak, yaitu peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak.

c. Rising action atau konflik mulai menegang, Konflik mulai menegang, yaitu bagian konflik mulai muncul dan terlihat adanya pertentangan antara tokoh.

d. Climax atau klimaks, Klimaks disebut juga puncak, yaitu peristiwa-peristiwa atau konflik mencapai puncaknya.

e. Denonemen atau peleraian. Peleraian, yaitu bagian yang berisi klimaks mulai menurun, atau pemecahan masalah dari semua peristiwa.

Berdasarkan pendapat di atas, alur adalah jalan cerita atau peristiwa yang dilakukan tokoh dalam novel. Peristiwa-peristiwa yang dilakukan akan menghubungkan sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain sehingga terbentuk satu cerita yang menarik dan hidup (Wahono, 2006 : 173) Membedakan alur menjadi beberapa jenis, yaitu;

1) Alur Maju

Alur maju, yaitu alur yang dimulai dari awal hingga akhir secara urut, misalnya dimulai dari A ke B, C, D, E.

2) Alur Mundur

Alur mundur, yaitu alur yang susunannya dimulai dari peristiwa akhir, tengah dan kembali ke awal atau dimulai dari E diikuti peristiwa-peristiwa D, C, B, dan A.

3) Alur Gabungan

Selain kedua alur di atas, terdapat alur yang susunannya tidak urut dari awal hingga akhir atau dari akhir kembali ke awal. Alur tersebut dimulai dari tengah atau D kemudian ke-B, A, C dan E dan seterusnya. Alur semacam ini dimanakan alur gabungan.

c) Perwatakan atau Penokohan

Perwatakan atau penokohan, yaitu gambaran watak tokoh dalam cerita. Cara menggambarkan watak tokoh sebagai berikut.

1) analitik atau langsung, yaitu pengarang langsung menyebut watak tokoh,

2) dramatik atau tidak langsung, yaitu pangarang mengungkapkan watak tokoh melalui jalan pikiran dan perasaan, cara berdandan, cara berbicara, tempat tinggal, ciri fisik, dan tanggapan atau reaksi tokoh yang lain.

Macam-macam tokoh adalah sebagai berikut

1) Protagonis, yaitu tokoh yang disukai oleh pembaca karena berwatak baik,

2) Antagonis, yaitu tokoh yang tidak disukai oleh pembaca karena berwatak tidak baik,

3) Tritagonis, yaitu tokoh yang menjadi penengah dan cenderung berwatak baik,

4) Tokoh utama, yaitu tokoh yang mendominasi cerita, ia terlibat dari awal sampai akhir cerita,

5) Tokoh bawahan atau pembantu, yaitu yang keterlibatannya dalam cerita hanya sedikit (Wahono, 2006 : 175).

d) Latar atau setting

Latar atau seting, yaitu gambaran tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

1) Tempat merupakan areal atau letak terjadi suatu peritiwa di dalam cerita, misalnya di rumah, di jalan, di halaman, dan sebagainya.

2) Waktu yaitu saat terjadinya suatu peritiwa cerita, misalnya tadi pagi, malam hari, pukul 5 sore, dan sebagainya.

3) Latar suasana, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu suasana tertentu. Latar suasa terdiri dari dua macam, yaitu suasana lahir dan suasana batin. Suasana lahir misalnya suasana sepi, sunyi, seyap, romantik, hiruk- pikuk, gaduh dan lain-lain. Suasana batin misalnya perasaan gembira, sedih, tegang, cemas, marah, senang, yang dialami oleh para pelaku (Wahono, 2007 : 207).

e) Sudut pandang atau poin of view

Sudut pandang, yaitu gambaran kedudukan pengarang dalam cerita. Macam- macam sudut pandang sebagai berikut

1) Akuan, yaitu pengarang sebagai tokoh utama dalam cerita, sehingga tokoh utama disebut dengan kata aku, saya, atau gue. Cerita yang dikisahkan seolah pengalaman pengarang sendiri,

2) Diaan, yaitu pengarang sebgai pencerita hanya mengisahkan pengalaman orang lain, sehingga tokoh utama disebut dengan kata dia atau nama seseorang,

f) Amanat

Amanat, yaitu pesan atau nasehat pengarang kepada pembaca yang dimuat di dalam cerita, baik dismapikan secara eksplisit maupun inplisit.

g) Gaya bahasa

Gaya bahasa, yaitu pemakaian majas atau gaya bahasa dalam cerita. Gaya bahasa diperlukan untuk menghidupkan cerita supaya lebih dinamis











B. Unsur Ekstrinsik Cerpen

Nilai yang menjadi salah satu unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian, nilai-nilai kehidupan dalam cerpen adalah sesuatu yang bermanfaat yang terdapat pada cerpen yang dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerpen, di antaranya adalah:

a) Nilai Agama

Banyak hal baik terkandung dalam nilai-nilai agama yang kemudian menginspirasi pembuatan sebuah cerpen.

Berikut contoh kutipan nilai agama:

“Lain dari biasanya, pagi-pagi saya dapat pergi berjemaah ke Masjid. Di sana saya bertemu Pak Dwiyatmo. Subhanallah! Saya terkejut. Ia menoleh dan berkata, ‘Betul saya Dwiyatmo.’ Katanya, ‘Saya berdosa, saya khilaf, saya bertobat.’ Ia melanjutkan sambil sama-sama jalan pulang.”( Rumah yang Terbakar karya Kuntowijoyo)

Kutipan di atas menggambarkan tokoh saya dan Pak Dwiyatmo yang melaksanakan salat subuh berjemaah di masjid. Tokoh saya jarang salat berjemaah di masjid karena sibuk bekerja sebagai dosen dan ketua RT. Pagi itu tokoh saya dapat salat subuh berjemaah di masjid bersama Pak Dwiyatmo.

b) Nilai Sosial

Cerita pendek juga seringkali terinspirasi dari nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Misalnya, sebuah cerpen yang mengisahkan cara berinteraksi yang dilakukan para tokoh sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia.

Berikut contoh kutipan nilai sosial:

“Selesai makan kedua anak itu lari keluar. Mereka biasa numpang nonton televisi di rumah pak RT sebelum Magrib” (Sayur Bleketupuk karya Ahmad Tohari)

Pada kutipan tersebut nilai sosial terlihat dari sikap Bu RT dan Pak RT yang memperbolehkan dan membiarkan tetangganya menonton televisi setiap sebelum Magrib di rumahnya.

c) Nilai Moral

Dalam hal ini, moral berhubungan dengan akhlak dan etika yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai moral yang terdapat pada suatumasyarakat juga dapat menjadi inspirasi dalam pembuatan suatu cerita pendek.

Berikut contoh kutipan nilai moral:

"Awalnya, aku mau berteman dengan siapa saja, namun setelah mengetahui kelebihanku, aku mulai memilih teman yang bisa dekat denganku. Apalagi dengan otakku yang pandai, semakin banyak teman yang menyukaiku. Maka, aku pun mulai memilih teman dari golongan menengah ke atas. Aku tidak lagi mau berteman dengan anak yang setara padaku" (Kutipan Cerpen "Penyesalanku" karya Dian Indria A)

Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai moral yang diambil. Nilai moral tersebut adalah aku yang berotak pandai dan hanya ingin berteman dari golongan menengah ke atas menggambarkan kesombongan yang merupakan sifat buruk. 

d) Nilai Budaya

Tidak jarang penulis cerpen terinspirasi oleh nilai budaya, tradisi, atau adat istiadat yang berlaku di suatu daerah. Misalnya, cerpen yang mengisahkan tokoh utama dalam cerpen yang berasal dari suku tertentu dan berbagai kebiasaan dan adat istiadatnya.

Berikut contoh kutipan Nilai Budaya: "Iyaa, kita mau. Asalkan kamu mau janji akan nerusin tari jaipong ini. Kan asik kalo kita bisa ngewakilin Indonesia ke berbagai negara" (Kutipan Cerpen "Jaipong" karya Aldizza Aurelia) Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai budaya yang diambil. Nilai budaya tersebut adalah tari jaipong yang merupakan tarian tradisional (kebudayaan) khas Jawa Barat.




Daftar Pustaka

Stanton. Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tohari, Ahmad. 2013. Mata yang Enak Dipandang. Jakarta: Gramedia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar